Bacaan Kitab Setahun: Mazmur 20; Matius 20; Kejadian 39-40
Banyak dari kita mungkin sangat terkesan dengan kisah-kisah orang Kristen yang dicatat dalam Alkitab. Kita sangat terkesima melihat apa yang mereka perbuat pada zamannya demi injil tersebar kepada banyak orang yang belum mendengar dan percaya akan Yesus. Saat kita berdoa pun yang kita minta kepada Tuhan adalah agar Dia mau mengaruniakan wawasan dan kekuatan rohani kepada kita seperti yang mereka miliki. Kelihatannya itu permohonan yang mulia, tetapi tahukah bahwa sebenarnya itu adalah doa yang egois. Kita meminta Tuhan untuk menjadikan diri kita seperti orang lain, bukan meminta Tuhan untuk menunjukkan apa yang Dia ingin kita lakukan.
Saulus saat dijumpai oleh Allah dalam perjalanannya ke Damaskus sempat mengajukan dua pertanyaan. Pertama, "Siapakah Engkau, Tuhan?" dan karena menyadari bahwa ia berhadapan dengan Allah yang hidup maka hanya ada satu pertanyaan lagi yang penting: "Tuhan, apa yang Engkau ingin aku lakukan?" (Kisah Para Rasul 9:5-6). Ia mengerti bahwa ketaatan kepada kehendak Allah merupakan fokus utama sepanjang sisa hidupnya.
Permohonan akan kesehatan, kesembuhan, keberhasilan, dan bahkan kekuatan rohani tidaklah salah, tetapi bisa menjadi doa yang egois jika tidak mengalir dari hati yang berketetapan untuk taat kepada Allah. Yesus mengatakan, "Barang siapa memegang perintahKu dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barang siapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh BapaKu" (Yohanes 14:21). Ketaatan menyatakan cinta kita kepada Allah dan memungkinkan kita mengalami cintaNya bagi kita.
Biarlah doa ini menjadi doa masing-masing setiap kita kepada Tuhan, yaitu "Tuhan, apa yang Engkau ingin saya lakukan?"
Kesediaan untuk menaati firman Tuhan setiap hari adalah langkah yang tepat untuk mengetahui kehendak Allah.